Zaman modern saat ini kita melihat salah satu dampak yang signifikan yaitu mempengaruhi kesehatan mental disemua kalangan terlebih khusus pada remaja yang masih membutuhkan perhatian khusus dan pendampingan yang super ekstra karena sikap polos mereka dalam menyerap berbagai informasi dan situasi dalam lingkungan social. Sayangnya, dibandingkan dengan orang dewasa lanjut dan paruh baya, psikotik lebih rentan terjadi pada remaja dan dewasa muda. sehingga jika tidak segera mendapatkan penanganan, psikotik bisa berkembang menjadi sakit jiwa yang parah. Pengidapnya pun rentan melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Sehingga betapa pentingnya kita mengenal lebih awal psikotik pada Remaja jangan sampai anak kita masuk pada gangguan jiwa yang berat ini.
Anak yang sehat adalah anak yang memiliki kondisi prima dan baik secara fisik, mental, sosial, dan psikis.
Ciri-ciri anak yang baik (good child) tampak pada kemungkinkan seorang anak akan bahagia dengan dirinya sendiri dan disukai orang lain.
Berikut beberapa karakteristiknya : yaitu menghargai diri sendiri, adanya kemapuan untuk belajar, dapat mencintai dan dicintai dan sikap ketangguhan.
1. Self-Worth & Self-Esteem (Harga Diri dan Kepercayaan Diri)
Harga diri seorang anak adalah bagian besar dari dasar keberadaan mereka. Sedangkan, kepercayaan diri adalah pandangan anak terhadap diri mereka sendiri dan kemampuan mereka. Keduanya sangat penting karena akan mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Hal ini akan mempengaruhi kesediaan anak untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Pada tahun-tahun awal, pemahaman seorang anak tentang harga diri dan kepercayaan diri mereka dibangun sepenuhnya oleh orang tua.
2. Willingness To Learn (Kemauan Untuk Belajar Hal Baru)
Hidup akan menjadi berat bagi seorang anak yang tidak mau belajar. Mereka menutup diri dan keterampilan sosial mereka akan berkembang lambat, yang nantinya akan mulai tampak masalah-masalah saat mereka di sekolah.
Resistance and struggle adalah dasar untuk belajar dan berkembang. Seorang anak yang tidak mau belajar akan berbalik dan lari dari segala sesuatu yang menghalanginya. Anak yang mau belajar (willing to learn ) akan melihat hambatan sebagai masalah yang harus diselesaikan, bukan hambatan permanen. Mereka akan termotivasi untuk mencari jawaban atas permasalahan mereka.
3. Loving & Being Lovable ( Mencintai dan Dicintai)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi kecil akan mati tanpa kasih sayang dan dukungan, sehingga kasih sayang dan dukungan merupakan kebutuhan dasar manusia, seperti halnya udara, makanan, dan air. Seorang anak yang dapat memberi dan menerima cinta akan lebih cenderung memandang dunia luar dengan harapan dan optimisme serta akan mencari cara untuk memberi kepada masyarakat.
4. Resilience (Ketahanan)
Ketahanan diukur dari bagaimana anak mampu menangani kegagalannya sendiri dan rasa frustrasi yang datang dari hal-hal di luar kendalinya. Hal-hal seperti frustrasi, pengendalian impuls, dan kepuasan yang tertunda adalah contoh ketahanan pada diri seorang anak. Juga merupakan ukuran fleksibilitas anak, yang akan membantu anak menghadapi orang lain. Semuanya terkait dengan seni berkompromi dan kemampuan untuk “mengikuti arus” dalam masyarakat.
Adapun Masalah Kesehatan Mental Pada Remaja yang dapat kita lihat yaitu sebagai berikut :
1.Menarik diri
2.Menghindari aktifitas yang dulu disenangi
3.Perubahan pola tidur dan makan
4.Menangis berlebihan atau irritable
5.Berperilaku seperti tahap perkembangan sebelumnya
6.Sakit kepala atau nyeri badan yang tidak dapat diketahui penyebabnya
7.Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi
8.Kemampuan belajar menurun atau menghindari sekolah
9.Perasaan cemas atau sedih berlebihan
10.Perilaku acting out
11.Menggunakan alkohol, tembakau atau zat lain
Mengenal Psikotik pada Remaja lebih awal lebih baik
Sebenarnya, apa yang menyebabkan seorang remaja rentan mengalami psikotik? Ternyata, banyak hal yang bisa menjadi pemicunya, tetapi hal ini sering kali luput dari perhatian orang tua yaitu antara lain kondisi fisik tertentu, kurangnya kualitas dan kuantitas tidur, kerusakan pada otak, hingga penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.
Lalu, bisakah psikosis dini yang terjadi ini dikenali? Ternyata, orangtua bisa juga mengenali tanda psikotik dini pada remaja.
Berikut ini beberapa gejala yang bisa ayah dan ibu lihat pada anak:
1. Kemampuan bicara yang tidak teratur, dan cenderung sulit dipahami oleh orang lain karena tidak terorganisir.
2. Halusinasi, melihat suatu hal atau mendengarkan suara yang sebenarnya tidak nyata.
3. Delusi, perasaan yakin yang sering kali tidak berhubungan dengan realita yang ada. Misalnya, pengidap merasa sedang diamati oleh orang lain, padahal hal tersebut tidak benar.
4. Sulit berinteraksi dengan orang lain, sehingga cenderung menyendiri dan mengurung diri.
Upaya Menjaga Kesehatan Jiwa Anak :
1. Psikotik bisa ditangani dengan obat dan psikoterapi. Pemberian obat jenis antipsikotik harus berdasarkan anjuran dokter, karena setiap pengidap memiliki dosis yang berbeda bergantung pada kondisi fisik dan usia. Lalu, terapi perilaku kognitif juga bisa membantu meringankan gejala psikotik dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. dorongan dan dukungan dari orangtua dan orang terdekat sangat berperan untuk membantu mempercepat kesembuhan pengidap psikosis. Jadilah pendengar yang baik untuk setiap keluhan yang diutarakan pengidap, karena itu bisa menjadi penyemangat dan motivasinya untuk bisa mengendalikan gejala psikosis yang mereka rasakan.
3. Psikosis pada remaja bisa dikenali sejak dini dengan mengetahui gejala awal yang mungkin muncul. Deteksi dini sangat penting untuk membantu meningkatkan persentase kesembuhan pengidap psikosis, pun mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk lagi.
4. Cara terbaik untuk mencegah munculnya gejala psikosis ini adalah menghindari semua hal yang bisa menjadi pemicunya. Ini termasuk konsumsi alkohol dan meminimalisir stres dengan melakukan banyak aktivitas lain yang disenangi, seperti berolahraga, mendengarkan musik, membaca buku.
Intervensi Psikososial
•Komunikasi efektif supaya anak dapat kooperatif dalam menjalani terapi
•Fasilitasi agar anak dan keluarga bersikap positif
•Ciptakan suasana psikoterapiutik (ramah, penuh pengertian, simpatik, dsb)
•Hadirkan dukungan spiritual
•Ciptakan iklim berpikir positif untuk membangun harapan positif bagi kesembuhan atau kesiapan menghadapi resiko yang paling buruk.
•Bangun kerja sama yang sinergis antara pasien, dokter, perawat, keluarga dan masyarakat.
•Berikan terapi khusus, misalnya: Support Group Therapy, Cognitive Therapy, Relaksasi
Kesehatan Mental pada Anak Remaja dipengaruhi oleh Orang tua, Guru, Perawat, Dokter, Lembaga dan lingkugan sosial yang dapat memperbaiki prognosis dan kualitas hidup. Mari kita sayangi anak-remaja yang sebagai penerus dan masa depan bangsa dengan tetap selalu menjaga mereka dalam sehat mental dan fisik dengan selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada mereka jika ditemukan hal-hal diatas bisa dikonsutasikan ke Psikiater dan Psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salam sehat Jiwa untuk kita semua.