Bagian 2 (Tulip yang Hancur dalam Taman)

Namaku Clara, aku menjadi saksi mata hancurnya tulip dalam taman. istilah itu kugunakan untuk siswa yang bernama Tulip, yang setiap saat dibully pada saat sekolah. sekolah yang kusebut taman belajar itu rupanya tidak menjamin kesehatan semua mental anak-anak.

"Tulip! cepat woi!" teriak Tita sembari memukul kepala Tulip.

sekolah dalam lingkungan religius ini aku pikir akan terbebas dari hal demikian rupanya salah, hanya karena Tulip memiliki watak yang istimewa dari temannya yang lain, Tita malah memukul kepalanya.

"apa masalahmu?" ucapku menegasi Tita.

"aku kenapa? aku baik-baik saja, dia memang menjengkelkan wajahnya." ucap tita dengan ekspresi tidak merasa bersalah.

hal ini tidak terjadi satu kali saja, aku pernah melihat Tulip menangis di pojokan lapangan dekat tempat sampah sendiri tanpa seorang teman, dia mengemil dengan perasaan baik-baik saja, bahkan sejujurnya, wali kelasnya saat itu hanya diam, membiarkan, dan ikut menertawai karakter Tulip yang kata mereka Tulip anak yang aneh.

Tulipnya sangat bisa merekah jika berada di tempat yang layak, dia tidak cocok di tempat ini.

Tulip adalah anak yang cerdas, dia memang agak lambat dalam belajar, tapi jika diperhatikan, Tulip mampu jika diajari pelan-pelan, hafalannya baik, wawasan umumnya luas. namun, lagi-lagi, Tulip dianggap aneh dan itu menjadi kekurangan menurut salah seorang guru yang pernah aku dengar.

readers, tolong... semua anak disekolahkan dengan harapan anaknya bisa belajar dengan baik, setidaknya sekolah adalah tempat belajar dengan tenang para anak-anak, jika belum bisa menjalankan profesinya dengan baik, tolong jangan berhenti belajar untuk itu. banyak karakter anak-anak yang perlu dihadapi, mereka berbagai macam latar belakang, bahkan ada yang memiliki orang tua yang pendidikan terakhirnya hanya SD, jika kita hanya menganggap mereka semua nakal, lalu sekolah bisa berkontribusi apa untuk mereka? jika dipulangkan ke rumahnya apakah yakin masalahnya selesai?

mereka sering mengatakan Tulip anak yang nakal, namun aku Clara, yang menjadi saksi mata atas kejahatan teman-teman Clara, Tulip tidak bersalah, tapi Tulip sering mendapatkan tekanan dari teman-temannya. tolong, teruntuk para ibu, bantu anak-anaknya menjadi anak yang berkarakter baik, jika memang belum mampu, setidaknya ikut bekerjasama dengan sekolah, jangan mudah saling menghakimi. percayalah, jika semuanya mendapat ruang diskusi untuk yang baik, anak-anak akan mampu belajar dengan tenang tanpa merasa ketakutan.

yakin, Tulip akan merekah pada Taman yang dirawat dengan baik. sekali lagi, tolong menyadari sebelum semuanya kembali tragis.

Nuriyahaluv

instagram : @Sinta_nryhtajuddin